Analisa Kasus Cg F&n
Essay by Kezia Natalie • October 31, 2016 • Case Study • 796 Words (4 Pages) • 1,325 Views
Case Analysis
[pic 1]A Brewing Takeover Battle for F&N
Disusun oleh :
Angelica Gene Lee 00000004919
Fransisca Nathania 00000007232
Kezia Natalie 00000006228
Valeria 00000006799
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
AKUNTANSI
2016
Table of Content
- Executive summary
- Problem Statement
- Data Analysis
- Key Decision Criteria
- Alternatives Analysis
- Recommendations
- Action and Implementation Plans
- Exhibits
Executive Summary
Fraser and Neave (“F&N”) dibangun oleh John Frases dan David Neave pada tahun 1883. F&N kemudian menjadi pemimpin dalam pasar makanan dan minuman di Sinagpura dan Malaysia. F&N juga melakukan join venture dengan Heineken Belanda yang merupakan penggabungan Asia Pacific Brewery (APB) dan Tiger brand beer tahun 1931. Kemudian Heineken mendiversifikasi bisnisnya ke dalam properti dan penerbitan. F&N sendiri memiliki dua direktur yang berketerkaitan dengan perusahaan-perusahaan yang merupakan pemegang saham substansial dalam F&N.
Charoen Sirivadhanabhakdi, seorang billionare Thailand yang mencari potensi bisnis dalam bidang pembuatan bir, makanan, dan properti. Pada Juni 2012, Charoen melakukan negosiasi dengan beberapa pemegang saham sehingga mereka menyetujui untuk menjual gabungan kepemilikan saham F&N mereka sebesar 22% kepada Charoen.
Disisi lain, APB yang 8.6% kepemilikannya dimiliki oleh menantu Charoen kemudian mulai ditawarkan oleh Heineken untuk diambil alih karena APB merupakan aset berharga F&N yang terancam dikuasai oleh Charoen.
Takut bahwa Charoen yang kini menjadi pemegang saham mayor baru mungkin akan memaksa F&N untuk melakukan strategi yang berbeda bagi APB, Heineken kemudian menawarkan pembelian 40% saham APB yang dimiliki oleh F&N. Charoen kemudian melakukan persaingan dengan penawaran pembelian saham F&N sebesar 7,4% melalui KPGL. Namun, pada akhirnya Charoen mengumumkan dukungannya untuk penawaran Heineken terhadap saham APB demi mendapatkan janji Heineken untuk tidak lebih lagi meminta kepemilikan F&N.
Meski APB masih tetap memberikan keuntungan yang signifikan bagi F&N, Charoen tidak mengalami kekalahan. F&N masih memiliki bisnis lain seperti makanan dan real estate. Ternyata, Charoen menggunakan perang APB nya sebagai selubung asap untuk pengambilalihan F&N secara ultimate. Charoen meningkatkan kepemilikan sahamnya terhadap F&N sebesar 30%. Sampai saat itu, Charoen tidak memiliki saingan lain untuk memiliki F&N.
Namun, kompetitor baru kembali muncul yaitu Overseas Union Enterprise Limited (OUE), yang dikontrol oleh keluarga Riady. OUE tertarik dengan bisnis yang dijalankan F&N dan mulai melakukan pendekatan kepada perusahaan Jepang, Kirin, yang merupakan pemegang saham kedua terbesar dalam F&N. OUE kemudian melakukan tawaran perlawanan untuk membeli 85,2% saham F&N yang dimiliki Kirin. Perang merebutkan F&N dimulai kembali.
Selama perang, ditemukan bahwa 5 member board F&N melakukan insentif terhadap OUE dengan biaya sebesar S$50 juta untuk menutupi pengeluaran OUE apabila OUE kalah dalam penawaran. Tampak bahwa board F&N lebih cenderung memilih kompetitor Charoen..
Independent direktur F&N mempertimbangkan bahwa tawaran Charoen maupun OUE tidaklah menarik, tapi cukup adil. Kedua pihak tidak mengalah dan memperpanjang deadline penawaran. Penawaran terus berlanjur sampai pada 31 January usaha Charoen terbayar ketika dia mencapai kepemilikan F&N sebesar 50,92%. Kemudian, TCC Assets Limited yang dimiliki Charoen kemudian juga membeli beberapa saham F&N sehingga Charoen dapat meningkatkan kontrolnya terhadap bisnis minuman dan properti sampai 82,59%.
...
...