Dracula
Essay by review • April 27, 2011 • Essay • 1,105 Words (5 Pages) • 1,565 Views
Edi berulang-ulang menarik dan menghembuskan nafas, ia berusaha keras menyembunyikan kegugupannya. Tidak seharusnya aku berada di sini!!! Edi menarik nafas panjang lagi.
"Kak Edi gugup ya?" Edi berdehem dan tersenyum, ia harus jaga image di depan kencannya malam ini. Edi memang bukan tipe orang yang pandai bergaul. Setiap ada kesempatan ia berusaha mengarahkan pandangan matanya ke bawah kecuali kalau ada orang yang mengajaknya berbicara. Seumur-umur baru pernah ia diundang ke pesta kostum.
"Ayo deh Ed, kalau kamu takut, atau grogi, aku minta adikku menemani kamu deh." Edi akhirnya dengan tersipu-sipu mengangguk setuju untuk menghadiri pesta Halloween yang diadakan di sebuah hotel bergengsi di kotanya. Karin, gadis cantik nan populer di kampus yang selalu ia bantu dalam tugas-tugasnya, bersikeras mau membalas budi dengan mengajaknya ke Pesta Halloween. Duh..jangankan pesta Halloween...pesta yang biasa-biasa aja aku nggak pernah... Dan Laika, adik Karin, bukannya membuatnya relaks, malah menyebabkan Edi tambah gugup dan berharap sapu ijuknya bisa benar-benar membawanya terbang dari tempat ini. Soalnya, Laika lebih cantik dari Karin!!!
"Saya minta Singapore Sling satu ya Mas, Kak Edi minum apa?"
"Ummm...orange juice.." Edi langsung duduk di samping Karin di meja counter bar dan memandang bayangannya sendiri di meja bar yg dilapisi kaca. Ia terlalu gugup untuk mengajak Laika berbicara, Karin dan pacarnya telah meninggalkan mereka berdua. Duhh..ngomong apa ya...
"Malam, sendirian?" tiba-tiba seorang pria berkostum drakula duduk di sebelah Laika.
"Ooh..nggak...sama teman."
"Edi." Edi mengulurkan tangan dan menyalami pria ini, tangannya begitu dingin. "Laika" Laika yang berpakaian serba hitam dan berlipstik merah menyala juga menyalaminya dengan ramah.
"Drakula" Laila menjerit kecil dan tertawa begitu pria ini memperkenalkan dirinya dengan dramatis. Ia menunduk dan mencium punggung tangan Laika. Kurang ajar..Laika Ð''kan kencanku malam ini! Kalau datang sendirian bukan berarti boleh merebut kencan orang dong!! Edi cuma bisa melirik dengan sebal ke Mr. Drakula ini dari bawah topi runcingnya. Edi tidak bisa menebak umurnya sama sekali. Mukanya pucat dan kulitnya terlihat begitu tipis.
"Dandan sendiri?" Laika bertanya sambil memandang kagum ke rambut licin dan telinga Mr.Drakula. Pertanyaan yang hanya dijawab dengan senyuman penuh arti dan sebuah kedipan nakal, "Coba tebak." Lagi-lagi Laika terpekik senang.
"Saya pernah baca di buku teks kimia berbahasa Inggris, ada penyakit yang namanya porphyria, sebuah penyakit darah keturunan yang sangat jarang. Penyakit yang terjadi karena ada kesalahan dalam proses pembuatan hemoglobin, sebuah metalloprotein pengikat besi yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dalam darah. Hemoglobin terdiri dari empat protein heme yang tersemat di keempat globular protein (globin) yang membentuk hemoglobin. Heme sendiri adalah nama sebutan untuk cincin porphyrin yang berisi satu atom besi. Kegagalan genetik pada beberapa enzim yang berperan dalam biosintesis porphyria menyebabkan penumpukan beberapa precursor porphyrin spesifik di sel-sel darah merah, cairan tubuh dan hati."
"Jadi?" Mr. Drakula menaikkan alis kanannya. Edi merasa terkejut sendiri karena ia lagi-lagi telah lepas kontrol, lupa mengerem kebiasaan buruknya, membombardir teman bicaranya dengan fakta-fakta ilmiah.
"Mmh..yah...ada sebuah isomer abnormal dari precursor porphyrin yang bernama Uroporphyrinogen I, molekul ini menyebabkan air seni menjadi berwarna merah dan gigi yang glow in the dark (bersinar dalam gelap). Kulit juga menjadi sangat amat sensitif terhadap sinar matahari, dan akibatnya tentu saja, penderita penyakit ini menghindari keluar di siang hari, yang menyebabkan warna kulit mereka jadi putih pucat ." Edi menyelesaikan kalimatnya dengan enggan, suaranya makin lama makin kecil di bawah tatapan mata Laika dan Mr. Drakula yang jelas-jelas menganggap dirinya aneh mengangkat topik yang sedemikian serius di tengah-tengah pesta kostum. Padahal niatnya hanyalah merebut perhatian Laika kembali.
"Hmmm...menarik...jadi menurut saudara, drakula hanyalah sebuah tokoh khayalan yang lahir dari informasi simpang siur mengenai para penderita penyakit porphyria ini?" berbeda dengan Laika yang wajahnya mulai kusut karena terseret dalam percakapan yang makin serius saja, Mr. Drakula justru menunjukkan rasa ingin tahunya.
"Yah..kira-kira begitulah yang saya baca. Penyakit ini menyebabkan penderitanya mengalami anemia yang sangat parah. Pada jaman sekarang, suntikan hematin, sebuah molekul turunan dari darah dapat meringankan serangan dadakan yang dapat berupa sakit di berbagai bagian di tubuh, halusinasi dan bahkan kejang-kejang karena penyakit ini dapat mempengaruhi sistem saraf juga. Fakta bahwa penderita Porphyria
...
...