Subprime Mortgage
Essay by review • May 18, 2011 • Essay • 2,731 Words (11 Pages) • 3,132 Views
Sub-prime Mortage
Sub-prime Mortage atau KPR sub-primer adalah suatu istilah yang digunakan pada praktek pemberian kredit kepada peminjam (debitur) yang tidak memenuhi persyaratan kredit untuk diberikan pinjaman berdasarkan suku bunga pasar oleh karena debitur tersebut memiliki "catatan kredit" yang kurang baik. Kredit subprimer ini adalah sangat beresiko baik bagi pemberi pinjaman (kreditur) maupun bagi peminjam (debitur). Sebab tingginya resiko yang dihadapi pemberi pinjaman maka kredit subprimer ini ditawarkan dengan suku bunga yang lebih tinggi daripada suku bunga kredit yang berlaku secara umum bagi kredit dengan peringkat "A" (A-paper). Di Amerika Serikat , KPR sub-primer terbagi 3 kategori, yaitu ÐŽoprime,ÐŽ± ÐŽoAlt-A,ÐŽ± and ÐŽosub-prime.ÐŽ± . Bagi investor, sistem KPR sub-primer sangat beresiko, dan angka keuntungannya sangat tinggi karena suku bunganya cukup tinggi.
Kemungkinan Bahaya dari KPR adalah peminjam akan menderita kerugian jika antisipasi pinjaman itu pailit atau tidak bisa mengembalikan pinjaman itu. Biasanya, dampak kerugian dengan pinjaman biasa akan relatif tidak begitu besar, tetapi dampak kerugian dari KPR yang terlibat sistem distribusi yang kompleks itu akan lebih besar. Walaupun resiko tinggi demikian, sistem KPR masih digunakan karena bisa menyediakan lebih banyak dana untuk peminjam. Dengan kata lain, sistem itu dirancang untuk memberikan pinjaman kepada lebih banyak orang. Tetapi sebaliknya, saat krisis KPR terjadi maka akan lebih banyak investor yang membeli MBS terkena krisis.
Resiko KPR relatif tidak begitu besar, karena pemberi pinjaman telah memiliki jaminan seperti real estate dari peminjam. Tetapi, itu menjadi masalah yang berbeda kalau krisis yang ditimbul adalah diakibatkan oleh fluktuasi harga real estate. Kalau harga real estate bertahan ditingkat tertentu, pinjaman itu bisa dikembalikan, walapun peminjam tidak bisa mengembalikan utangnya karena pailit. Akan tetapi, jika harga real estete menurun drastis, pengembalian pinjaman itu akan menjadi mustahil. Dalam segi itu, KPR sub-primer itu sangat sensitif pada fluktuasi harga real estate.
KPR sub-primer diperkirakan 600 milyar dolar, atau 20 persen dari pasar KPR AS. Pinjaman sub-primer meningkat drastis sejalan dengan semaraknya pasar perumahan. Baru baru ini, pemberi pinjaman KPR mengalami kesulitan, akibat nilai barang jaminan dari KPR itu , sebagian besar real estate, turun drastis. Salah satu alasan langsung yang disebut terjadinya ÐŽohari Rabu HitamÐŽ± pada pasar bursa Seoul adalah bahwa perusahaan American Home Mortgage Investment mengumumkan bahwa mereka tidak bisa lagi mendanai pinjaman baru dan nampaknya harus likuidasi asetnya. Pada hari itu, harga saham perusahaan investigasi KPR AS itu turun sampai 90 persen. Perusahaan MGIC Investment dan Radian Group , perusahan investasi KPR juga mengumumkan bahwa saham kepemilikan untuk perusahaan investasi KPR sub-primer mereka menjadi sampah karena kesulitan pasar KPR sub-primer AS. Kejadian pailit demikian bukan hanya berdampak pada pasar bursa AS, melainkan juga pada bursa efek di seluruh dunia.
Dampak dari subprime mortage adalah Indeks harga saham gabungan Korea Selatan, KOSPI turun lebih dari 76 poin pada tanggal 1 Agustus, karena tindakan aksi jual besar-besaran investor asing. Karena itu, indeks Bursa Berjangka juga anjlok, sehingga transaksi saham dihentikan sebentar dengan menerapkan sistem ÐŽ®Side CarЎЇ untuk yang pertama kali dalam tahun ini. Side Car berarti pihak pasar bursa menghentikan transaksi saham di pasar selama 5 menit untuk meminimalkan dampak negatif pada pasar bursa saat harga bursa berjangka terlalu cepat bergejolak atau anjlok.
Pasar bursa, yang menunjukkan tanda-tanda pulih dengan kenaikan 226.56 poin pada hari Selasa, anjlok pada hari Rabu, akibat aksi penjualan investor asing gara-gara kekhawatiran tentang kemungkinan kerugian besar di pasar Sub-Prime Mortgage atau Kredit pemilikan rumah (KPR) sub-primer. Melemahnya ekonomi Amerika Serikat menyebabkan meningkatnya persentase gagal bayar debitor KPR segmen tersebut. Akibatnya, harga surat utang subprime mortgage jatuh. Kejatuhan harga surat utang subprime mortgage membawa kerugian bagi bank dan perusahaan pengelola dana (fund management) yang membeli surat utang tersebut. Akibatnya, harga saham perbankan di Amerika Serikat tergerus.
Yang menjadi pertanyaan mengapa kesalahan yang dilakukan investor di Amerika Serikat, tetapi pasar keuangan Indonesia terkena dampaknya. Sudah sering kita alami gejolak pasar keuangan di negara sedang berkembang hampir selalu berdampak negatif ke Indonesia, tetapi kali ini gejolak di pasar keuangan negara maju juga berdampak negatif ke Indonesia. Mengapa nasib kita tersandera oleh pasar keuangan internasional?
Inilah dampak dari globalisasi pasar keuangan. Ternyata yang memiliki surat utang subprime mortgage bukan hanya perbankan di Amerika Serikat, tetapi ada juga perbankan di Australia, Singapura, Taiwan, China, atau di India. Perbankan di benua lain pasti juga memiliki eksposur ke surat utang subprime mortgage'. Akibatnya, harga saham perbankan di seluruh dunia jatuh. Berhubung psikologi pasar selalu cenderung ekstrem, banyak pelaku pasar percaya bahwa meruginya perbankan besar akan berdampak kepada pelambatan laju pertumbuhan kredit, pelambatan kegiatan ekonomi, dan seterusnya. Akibatnya, harga saham nonperbankan di seluruh dunia pun jatuh.
Menjawab pertanyaan itu, beberapa bank di Indonesia mengatakan, peraturan Bank Indonesia tidak memungkinkan perbankan membeli surat utang berperingkat rendah sehingga perbankan Indonesia tidak memiliki surat utang subprime mortgage. Akan tetapi, karena harga saham perbankan di negara tetangga jatuh, investor asing juga menjual saham perbankan dan nonperbankan di Indonesia. Investor lokal akhirnya juga ikut melakukan aksi jual. Apalagi harga saham dan harga obligasi di Indonesia sudah naik banyak, maka investor pun melakukan aksi ambil untung. Inilah yang menyebabkan harga saham turun, imbal hasil obligasi naik (harga turun) dan kurs rupiah melemah, bahkan minat terhadap penawaran saham BNI juga sempat terganggu.
Selain fluktuasi harga minyak, dalam enam bulan ke depan ada sumber ketidakstabilan baru, yaitu naiknya inflasi di China. Selama ini barang-barang China yang murah membawa turun inflasi dunia. Tahun lalu inflasi China di bawah 2 persen, tetapi bulan lalu sudah naik ke 4 persen. Ada kekhawatiran bahwa inflasi di China bisa meningkat terus ke 6-8 persen (terutama didorong inflasi sektor makanan) sehingga akan membawa naik inflasi dan suku bunga dunia.
Investor di pasar keuangan dunia saat ini harus lebih berhati-hati karena tampaknya gubernur bank sentral Amerika Serikat, Ben Bernanke, tidak mudah bermurah hati melakukan intervensi menstabilkan pasar keuangan. Selama gejolak pasar minggu lalu, Bernanke
...
...